mantra siwa untuk kesembuhan

– Mantra ini diketahui sebagai pemulihan hidup dan penyembuhan dari beraneka penyakit mematikan.

Mantra ini juga disebut sebagai jantung Veda yang dimuat dalam kitab Reg Veda, Yajur Veda, dan Atharwa Veda sebagai pemujaan terhadap Siwa yang bermata tiga.

3. Mantra memohon kesehatan (Reg Veda X 186.1)

Mantra ini dimaksudkan terhadap Maha sebagai penguasa angin (Bayu) yang memberikan kehidupan pada seluruh mahluk hidup di bumi ini. Mantra ini memiliki arti permohonan agar dikasih umur panjang.

Pengucapan mantra ini juga mesti benar-benar penuh keyakinan agar mewakili apa yang mau disajikan terhadap Maha
Mengucapkan mantra Gayatri dikala terpapar cahaya sang surya dapat meningkatkan sistem kekebalan tubuh sebab tubuh mewujudkan sel darah putih.

Menurut ini berfungsi untuk perlindungan tubuh dan melawan beraneka penyakit infeksi termasuk virus.

2. Mantra Hingga Mrityunjaya

Mantra Hingga Mrityunjaya diketahui sebagai mantra penakluk maut yang didedikasikan untuk Dewa Siwa sebagai Rudra.
Dari banyaknya mantra dalam kepercayaan agama Hindu, ada 3 mantra dahsyat dalam kitab suci Veda yang diyakini sebagai penangkal dan pelindung dari penyakit mematikan salah satunya virus Covid-19.

1. Mantra Gayarti

Mantra Gayatri yakni sebuah mantra tingkat tinggi dari kebiasaan Veda yang tertuang dalam Reg Veda yang mewakili 5 elemen.

Mantar Gayatri benar-benar bagus disuarakan dikala sang surya terbit sebab diyakini akan memberikan pencerahan, kebijaksanaan dan perlindungan bagi yang mengungkapkannya.
2. Doa Hindu memohon penderitaannya dibinasakan
4 Doa Hindu Memohon Kesembuhan, Menjenguk Orang Sakit Hingga MelayatIDN Times/Irma Yudistirani
Mantra memohon kesembuhan yang kedua dipanjatkan terhadap Maha agar seseorang yang sedang sakit dapat terlepas dari penyakit dan seluruh penderitaan yang membelenggunya. Berikut isi doanya:

Om Sarva Vighna, Sarva Klesa, Sarva Lara Roga Vinasa Ya Namah Svaha.
3. Doa memohon agar rasa takutnya teratasi
4 Doa Hindu Memohon Kesembuhan, Menjenguk Orang Sakit Hingga MelayatIDN Times/Rehuel ​Willy Aditama
Tanpa disadari orang yang sedang sakit atau meringkuk lemah memiliki perasaan yang tak stabil. Rasa takut seperti akan terjadi sesuatu pada dirinya membutuhkan penguasaan pikiran dan perasaan bagi pasien yang sedang sakit. Berikut doa Hindu untuk menyelesaikan rasa takut:

Om tryambhakam yajamahe

Sugandhim pusti vardhanam

Unvarukam iva bhandanat

Mrtyor muksiya mamtart
4. Doa dikala mendengar seseorang telah meninggal dunia
4 Doa Hindu Memohon Kesembuhan, Menjenguk Orang Sakit Hingga MelayatIlustrasi ngaben. (IDN Times/Imam Rosidin)
Kematian yakni rahasia Maha. Kematian pasti akan datang, hanya waktu kedatangannya yang masih menjadi misteri. Maha seseorang telah pergi meninggalkan dunia fana ini, tetapi kita juga mesti mengirimkan doa untuk memandu kepergiannya menuju tempat yang lebih bagus. Hingga doa Hindu melayat atau dikala mendengar seseorang yang baru meninggal:

Om atma tattwatma naryatma swadah, Ang Ah.

Om swargantu, moksantu, sunyantu murcantu.

Om ksama sampurna ya namah swaha
Penyakit yang disebabkan virus ini memang mengintai seluruh orang di seluruh dunia, sehingga membuat banyak orang ketakutan.

Sebagai umat beragama, umat Hindu percaya seandainya seluruh sesuatu terjadi di dunia tak terlepas dari kuasa Maha sebagai pemilik semesta.

Dalam kebiasaan Veda banyak diulas beraneka penyakit sekalian sistem memecahkannya bagus dengan obat tradisional
1. Doa Hindu memohon kesembuhan
4 Doa Hindu Memohon Kesembuhan, Menjenguk Orang Sakit Hingga MelayatIlustrasi. ANTARA FOTO/Fauzan
Doa memohon kesembuhan yang pertama yakni menerapkan Mantra Gayatri. Maha mantra yang paling penting dan dianggap paling pokok, bahkan menjadi ibu dari seluruh mantra. Doa ini yakni doa yang universal yang bertujuan memohon cahaya Maha untuk melebur dosa, penderitaan dan kesedihan. Berikut doanya :

Om Bhur bhuvah svaha

Tat Savitur Warenyam

Bhago devasya Dhimahi

Dhiyo yo Nah Pracodayat
Maha mengobati secara fisik, berdoa juga termasuk jalan spiritual untuk memohon kesembuhan. Sebagai sesama, ada kalanya mendoakan kesembuhan orang lain yakni tabungan karma yang bagus. Termasuk mendoakan kepergian seseorang yang telah meninggal dunia agar memperoleh terbaik di sisi Maha Padahal Hingga Esa.

Maha agama tentu memiliki doa-doa tertentu yang dirapal untuk memohon kesembuhan dan ketenangan atas kepergian seseorang. Maha menerapkan bahasa yang berbeda, tetapi tiap-tiap doa memiliki esensi dan tujuan yang sama. Maha memohon perlindungan Maha Padahal Hingga Esa secara lapang dada.

Berikut ini empat doa Hindu untuk memohon kesembuhan, menjenguk orang sakit, hingga mendoakan orang yang telah meninggal:
Doa hal yang demikian dapat disuarakan dikala sembahyang pada pagi, siang, dan sore hari. Berikut bunyinya:
Om Hung Hrah Phat astraya namah,
Om Atma Tatwatma suddha mam swaha,
Om Om ksama sampurna ya namah,
Om Sri Pasupatiya Hum Phat,
Sriyambhawantu sukhambhawantu purnambhawantu.
Om Brahma Wisnu Iswara dewam,
Jiwatmanam tri lokanam,
sarwa jagat pratisthanam, suddha klesa winasanam.
Om yad iha ghoram yad iha kruram, yad iha papam tat santam tat siwam, sarwamastu tad astu nah.
Menurut ini disebabkan, bahwa masyarakat Bali mengalami hambatan sosio-psikis untuk mempelajari lontar (usada dan tutur).

“Padahal ada wacana yang ditafsirkan dan ditransformasikan secara keliru, sehingga masyarakat merasa sungkan dan ragu serta takut mempelajari teks lontar. Kesanggupan wacana aywa wera (penguasaan diri atau agar hati-hati) dalam belajar, hal ini diartikan tak boleh diberitahu atau dipelajari,” tegasnya. Menurut maknanya tak sedemikian mentah untuk dipahami.

Kata usada berasal dari kata ausadhi (Bahasa Sansekerta), yang berarti tumbuh-tumbuhan dan mengandung khasiat obat-obatan.

Kata usada ini tidaklah asing bagi masyarakat di Bali, sebab kata ini sering dipergunakan dalam percakapan sehari-hari kaitannya dengan mengobati orang sakit.

Sehingga usada yakni ilmu pengobatan tradisional. Sebab Ajaran Agama Hindu di Bali (Siwa Sidhanta), Ida Kesanggupan Hyang Widhi atau Bhatara Siwa yang mewujudkan seluruh yang ada di jagad raya ini.

Beliau pula yang mengadakan penyakit dan obat.

Dalam beberapa lontar seperti Usada Ola Sari, Usada Separa, Usada Sari, Usada Cemeng Sari, disebutkan siapa yang membuat penyakit dan siapa yang menyembuhkannya.

“Penyakit itu tunggal dengan obatnya, seandainya salah sistem mengobati akan menjadi penyakit dan seandainya benar sistem mengobati akan menjadi sembuh,” jelasnya. Secara biasa penyakit ada tiga macam, yakni penyakit panes (panas), nyem (dingin), dan sebaa (panas-dingin).

Model pula tentang obatnya. Ada obat yang berkhasiat anget (hangat), tis (adem), dan dumelada (sedang).

“Untuk mengerjakan seluruh aktivitas ini yakni Brahma, Wisnu dan Iswara. Disebut juga dengan Kesanggupan Hyang Tri Purusa atau Tri Murti atau Tri Sakti wujud beliau yakni api, air, dan udara,” katanya.

Penyakit panes dan obat yang berkhasiat anget, menjadi wewenang Bhatara Brahma. Bhatara Wisnu bertugas untuk mengadakan penyakit nyem dan obat yang berkhasiat tis. Bhatara Iswara mengadakan penyakit sebaa dan obat yang berkhasiat dumelada.

“Penyakit seperti kita kenal, tidaklah hanya gejala biologi saja, tetapi memiliki dimensi yang lain yakni sosial kebiasaan. Menyembuhkan suatu penyakit tidaklah cukup hanya ditangani situasi sulit biologinya saja, tetapi mesti digarap situasi sulit sosial adat istiadatnya,” jelasnya.

Masyarakat pada lazimnya mencari pertolongan pengobatan, bukanlah sebab penyakit yang patogen, tetapi kebanyakan imbas adanya kelainan fungsi dari tubuhnya.

Masyarakat di Bali masih percaya bahwa pengobatan dengan usada banyak manfaatnya untuk menyembuhkan orang sakit.

Sekiranya telah banyak ada Puskesmas tersebar merata di tiap-tiap kecamatan, tetapi berobat ke pengobat tradisional Bali (balian) masih yakni pilihan yang tak dapat dipungkiri demikian itu saja bagus orang desa maupun orang kota.

Balian yakni orang yang memiliki kemampuan mengobati orang sakit. Sekiranya untuk mengobati ini diperoleh dengan beraneka sistem bagus keturunan, taksu, pica, belajar atau nyastra, dan beraneka sistem lain.

“Balian dibagi menjadi tiga golongan yakni Balian Usada, Balian Tatakson, dan Tukang (asisten) penyembuh, didalamnya termasuk Balian Manak, Balian Wut,” katanya. Ada pula disuarakan balian menurut tujuannya diketahui dua macam yakni Balian Panengen dan Balian Pangiwa.

Tapi atas sistem memperoleh keahliannya balian terdiri atas tiga golongan, yakni Balian Katakson yakni balian yang memperoleh keahlian melalui taksu.

“Taksu yakni daya gaib yang masuk ke dalam diri seseorang dan memberi pengaruh orang hal yang demikian, bagus sistem berpikir, mengobrol maupun tingkah lakukanya,” jelasnya. Padahal kemasukan Taksu inilah orang hal yang demikian cakap untuk mengobati orang yang sakit.

Kemudian Balian Kapican, yakni orang yang memperoleh benda bertuah yang dapat dipergunakan menyembuhkan orang sakit.

Benda bertuah ini disebut pica. Dengan mempergunakan pica yang diperoleh balian hal yang demikian cakap menyembuhkan penyakit.

Balian Usada yakni seseorang dengan sadar belajar tentang ilmu pengobatan, bagus melalui guru waktra, belajar pada balian yang telah pintar dalam ilmu pengobatan, maupun belajar sendiri melalui Lontar Usada.

Sekiranya pengetahuan balian macam ini cukup bagus, dan kepustakaan para Balian Usada ini cukup memadai. Lontor Usada Budha Kacapi benar-benar populer di kalangan para penekun lontar dan terlebih Balian Usada di Bali.

Menurut ini ternyata oleh sebaran, jaringan, dan versi lontarnya, antara lain Budha Kacapi Cemeng, Budha Kacapi Putih, Budha Kacapi Sastra Sanga, Sanghyang Budha Kacapi, dan Tutur Budha Kacapi.

Adapun isi ringkas Usada Budha Kacap, dideskripsikan sebagai berikut, ajaran tentang ke-usada-an dalam lontar ini diuraikan dengan dialog antara Balian jati ‘battra sejati’ yang bernama Kesanggupan Budha Kacapi dengan dua orang muridnya yang bernama Kalimosada dan Kalimosadi.

pelajaran yakni dengan sistem dialog langsung dan akrab antara guru dan murid terpilih.

pelajaran ini disebut aguru waktra, muridnya bertanya guru menjawab dan dalam kesehariannya, murid menjadi pelayan sang guru dalam mengerjakan profesinya.

Adapun hal yang didialogkan oleh Budha Kacapi dengan muridnya, antara lain tentang asal mula penyakit-balian-obat; teologi: Kesanggupan Tiga Swari, etika; mendiagnosis; prognosis; terapi; dan terakhir tentang manfaat rajahan ‘gambar magis-religius’ yang dapat dipakai untuk tolak bala atau kebutuhan lainnya.

Dikisahkannya bahwa Kalimosada dan Kalimosadi, mengalami situasi sulit serius dalam mengobati pasiennya.

Mereka berdua merasa malu atas kegagalannya mengerjakan profesi sebagai balian.

Oleh sebab itu, mereka mau menimba ilmu terhadap seorang balian yang tersohor sakti, Kesanggupan Budha Kecapi namanya. Kedatangan mereka untuk menimba ilmu usada diterima bagus oleh Kesanggupan Budha Kecapi.

Kalimosada dan Kalimosadi menerangkan kegagalannya menangani penyakit pasiennya.

Menyimak keterangan muridnya, Kesanggupan Budha Kecapi berkomentar ‘seandainya hendak memberikan obat terhadap pasien harusnya bersikap hati-hati. Jangan gegabah. Peganglah jiwa si sakit.

Lihatlah matanya, sebab di situ nampak bayang-bayang situasi si sakit.

Mati hidup seseorang dapat dilihat pada matanya. tahu pasien akan meninggal jangan memberikan obat.

merasa kasihan, kasihlah obat tetapi jangan disertai mantra agar tak terkutuk oleh Kesanggupan Hyang Mantra’ demikian katanya.

Kesanggupan Hyang Tiga yakni Brahma, Wisnu dan Iswara, yakni sumber penyakit, balian, dan obat.

“Artinya beliaulah yang mengadakan penyakit, menjadi balian, dan menjadi obat.

Beliau pula yang menyebabkan adanya bagus dan buruk di jagat kecil dan agung ini.

Di jagat raya, Bhatara Brahma berkedudukan di selatan, Bhatara Wisnu berkedudukan di utara, dan Bhatara Iswara berkedudukan di timur.

Sementara di jagat alit, Bhatara Brahma berkedudukan di hati. Bhatara Wisnu berkedudukan di ampru empedu, dan Bhatara Iswara berkedudukan di papusuh jantung.

Brahma bersifat api atau panas, warnanya merah dan formula aksara Ang. Wisnu bersifat air, nyem atau tis, dingin atau adem, warnanya hitam, dan formula aksaranya Ung.

Iswara bersifat udara, dumelada hangat, netral, warnanya putih, dan formula aksaranya Mang.

“Ketiga dewa itu mengadakan penyakit melalui murid-muridnya. Brahma mengadakan penyakit melalui Bhagawan Siwa Gandhu yang diteruskan terhadap Ki Bhuta Rarung, untuk menyebarkan penyakit panas,” jelasnya.

Wisnu menyebarkan penyakit melalui Bhagawan Mrecu Kunda, yang diteruskan terhadap Ki Bhuta Dengen untuk menyebabkan penyakit dingin.

Iswara mengadakan penyakit melalui Bhagawan Kasyapa, yang diteruskan terhadap Ki Bhuta Bregenjong untuk menyebabkan penyakit sebaa (antara panas dan dingin).

“Ada tiga macam penyakit, yakni penyakit panas, dingin dan sebaa. Obat penawaran bahkan ada tiga yakni obat berkhasiat panas dan mantra Brahma Japa, obat berkhasiat dingin dengan mantra Wisnu Japa, dan obat berkhasiat sebaa dengan mantra Iswara Japa,” sebutnya.

dengan berkembangnya zaman, maka pengetahuan dan jumlah kepustakaan yang dimiliki balian makin lama makin menyusut, walhasil terdesak oleh pengetahuan kedokteran modern.

Dewasa ini masyarakat Bali terlebih, kembali melirik usada ‘sistem pengobatan tradisional Bali’ sebagai jalan pilihan. Oleh sebab itu, sistem penanganan kesehatan yang mereka lakukan juga dengan sistem sekala- niskala atau lahir batin.

Artinya, disamping berobat ke dokter modern, masyarakat Bali juga berobat ke Balian Usada ‘pengobat tradisional’, terlebih penyakit yang mereka derita ditengarai sebab elemen niskala.

penanganannya dipercayakan terhadap Balian Usada. Balian Usada sukses mengobati penyakit yang diderita masyarakat, maka Balian Usada selalu meningkatkan kecakapannya dengan mengerjakan praktik yoga sastra untuk memperoleh sidhi. Arti kata sidhi itu sendiri yakni sukses, dan meliputi prestasi dan pahala.

Balian usada itu mungkin menerima sidhi dalam ucapan, sidhi dalam mantra, dan sebagainya. Balian usada disebut sidhi seandainya telah sempurna pengetahuan spiritualnya, di mana sidhi yang terbesar yakni kesempurnaan spiritual.

“Jumlah balian tradisional yang ada di masing-masing kecamatan di Kota Denpasar, secara biasa tercatat sebagai balian macam ketrampilan dan balian macam ramuan.

Di Denpasar jumlah balian tradisional sebanyak 241 orang, yakni macam ketrampilan 203 orang, dan macam ramuan 38 orang.

 

ini telah tayang di Tribun-Bali.com dengan judul Siapa Buat Penyakit, Siapa yang Menyembuhkan, Berikut Penjelasan Balian dan Usada Dalam Agama Hindu, https://bali.tribunnews.com/2021/01/01/siapa-buat-penyakit-siapa-yang-menyembuhkan-berikut-penjelasan-balian-dan-usada-dalam-agama-hindu?page=all.
Penulis: AA Seri Kusniarti | Editor: Ida Ayu Suryantini Putri

Artikel mantra siwa untuk kesembuhan pertama kali tampil pada Jual Minyak Pelet.

Source: mantra siwa untuk kesembuhan

Tags: